MALINGPING, SEKILASINDO. COM- Sebuah bungker bekas bangunan pertahanan Jepang yang diperkirakan dibangun Tahun 1943, berlokasi di sudut pinggir jalan tikungan Pasirgeleng Desa Cilangkahan Kecamatan Malingping. Diketahui, bangunan sejarah berukuran kotak kubus 6×6 meter itu ternyata hingga kini terlihat masih berdiri kokoh.
Hamam, warga setempat menyebut, bangunan tersebut berada sekitar 10 meter di kilometer 3 jalan Malingping-Simpang. Dikatakan, awalnya sebelum ditemukan warga, bangunan tersebut terkubur di dalam tanah, lalu karena mencurigakan, warga pun menggalinya.
“Digali warga sekitar tahun 2003, tadinya warga di sini menyangka bangunan itu bungker timbunan harta karun, tapi setelah digali oleh masyarakat sini ternyata bangunan itu bentuknya segi empat ukuran luas 6×6, dan setiap sisi ada lubang mirip jendela pengintanya, jadi ini mungkin bekas benteng Jepang du zaman penjajahan dahulu, “ kata Hamam.
Berdasarkan informasi dari salah seorang wartawan di salah satu media, Beberapa lalu meninjau langsung ke TKP, nampak meski di sekelilingnya sudah tertutup rumput liar. Pada bagian belakang bangunan ada pintu masuk dengan tinggi sekitar dua meter dan lebar satu meter. Sementara pada bagian dinding bangunan sebelah selatan dan barat terdapat jendela dengan lebar satu meter dan tinggi hanya 15 centimeter, sehingga jika berada di dalam ruangan jika memantau dari arah jendela bungker yang bisa di isi sekitar lima orang tersebut sangat jelas bisa mengintai pergerakan di pantai Bagedur dan Talanca yang berjarak sekitar 1 Kilometer
Sementara keterangan yang didapat dari Abah Salim (95), seorang tokoh sepuh Paguron Silat Panji Wulung, di Kampung Binglu, Sukaraja Malingping yang juga mantan pejuang kemerdekaan setempat mengatakan, keberadaan bangunan tersebut dulu memang dibangun oleh para romusha asal Jawa Tengah waktu zaman penjajahan Jepang. Menurutnya, waktu itu jepang sudah membaca bahwa pasukan sekutu akan datang lewat laut.
“Itu dibangun sekitar akhir Tahun 1943. Waktu itu karena Jepang sudah mencium gerakan sekutu yang akan mendarat di sekitar pantai-pantai di Lebak selatan, diantaranya Bagedur. Jepang lalu membangun banyak benteng di wilayah Lebak selatan ini. Salah satunya di Pasirgeleng itu,“ ungkapnya.
Dijelaskannya lagi, posisi strategis benteng tersebut selain untuk menghadang serangan laut sekutu dari arah pantai, keberadaan benteng tersebut pun juga untuk memblokade serangan armada darat musuh yang datang dari utara.
“Posisi benteng itu berada tidak jauh di persilangan jalur kereta api Bayah-Saketi dan jalan raya Simpang-Malingping, itu cuma 15 meter dari jalan raya. Sedangkan dari lintasan rel kereta api sekitar 50 meter. Dan dari pantai Bagedur sekitar 1 kilometer, “ tutur Abah Salim.
Sementara itu, Yadi Ahyadi, penggiat inventarisasi sejarah di komunitas Bantenologi, saat dikonfirmasi membenarkan keberadaan situs benteng sejarah eks pertahanan Jepang di wilayah Malingping tersebut sebagai bangunan eks perang dunia II. Menurutnya, benteng yang ada di Pasirgeleng itu diklaimnya sudah masuk data inventarisasi.
“Ya, tiga tahun lalu kami sudah lakukan penelitian, itu bekas benteng pertahanan Jepang yang di bangun Tahun 1943, waktu itu sedang terjadi perang Asia-Pasifik. Pembangunan benteng itu dilakukan oleh romusha paska Jepang selesai membangun jalan kereta Bayah-Saketi, “ jelas Yadi Ahyadi.
Menurut keterangan, awalnya penemuan bekas benteng pertahanan Jepang ini disangka warga setempat sebagai bungker harta karun, namun ternyata bekas benteng pertahanan Jepang di perang dunia II antara Tahun 1943-1945. **(Usep/Red)