Daerah

Talkshow: “Bekerja Seperti Mataros dan Makan Seperti Raja”

×

Talkshow: “Bekerja Seperti Mataros dan Makan Seperti Raja”

Sebarkan artikel ini
Kiri-kanan belakang: Don Kapitan, Julian, Melky, Pius Bria, Yanto Seran, Oliver.
Kiri-kanan depan: Roy Tei Seran, Fridolin Berek, Emanuel Bria.

NTT, SEKILASINDO. COM-Anak Timor Hitz Creative merupakan sebuah wadah berkumpulnya manusia-manusia, terutama kaum muda yang berasal dari tanah Flobamora, Nusa Tenggara Timur.

Seorang tokoh muda Malaka, NTT Yuliusyanto Seran, yang telah banyak mengamati media sosial dan merefleksikan secara serius tentang kaum muda Flobamotas. Yanto, melihat, bahwa banyak kaum muda lebih berswafoto dengan hanya menampilkan bagian tubuh tertentu (mata, hidung, wajah dan lain sebagainya) tanpa mengandung nilai tertentu.

Click Here

Dirinya pun merasa media sosial digandrungi sebagian besar manusia seantero dunia bisa dimanfaatkan untuk hal-hal positif.

Kemudian membesarkan Anaktimorhitz lewat akun Instagram, Facebook, Youtube dan media lainnya, dengan mengunduh figur-figur yang berasal dari NTT dengan terutama latar atau bagiannya terdapat karya asli manusia NTT, berupa tenunan, bahasa, adat-istiadat ataupun hal positif lainnya seperti prestasi putera-puteri NTT di ajang-ajang bergengsi di berbagai level.

Mataros Jakarta merupakan suatu istilah yang santer terdengar di dunia Media sosial, terutama grup-grup Facebook dan Whatsapp, yang anggotanya sebagian besar berasal dari Kabupaten Malaka dan berdomisili baik di Malaka sendiri, mapun di luar Malaka sebagai perantau. Mataros sudah dikenal sejak dahulu kala dan bagi sebagaian besar orang Malaka.

Memaknai dan memahaminya sebagai kata yang bisa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai Hamba. Hal ini dikarenakan sistem pemerintahan kuno rakyat Malaka menganut sistem pemerintahan kerajaan (Wesei-Wehali, Wewiku-Wehali).

Mataros disematkan oleh sebagian orang yang memiliki pengaruh dan kuasa di Malaka, pada mereka yang terutama berada di luar Malaka sebagai perantau dan sebagai pengeritik kebijakan Pemerintah yang dianggap membela Kaum Kapital (PT. IDK) dan mengesampingkan nilai-nilai kebudayaan orang Malaka, khususnya mereka yang berada di sepanjang pantai Selatan Kab. Malaka, di bawah ke-Na’i-an Rabasa (Tesik Ktuik, Metik Ktuik). Di Saat orang mengkritik Pemerintah, sebagaian orang langusng melabelinya dengan Mataros.

Kiri -kanan: Fridolin Berek, Emanuel Bria, Dewi Leba, Pius Bria, Roy Tei Seran.

Dengan adanya hal tersebut, Anak Timor Hitz Creative, bekerja sama dengan KIKONAS (Kios Kaos Nasionalis) dan Kedai Kopi Bolehlebo mengadakan Talkshow secara Live (langsung) lewat akun Ig: Anaktimorhitz yang memiliki Followers (pengikut) sebanyak 57.000 akun aktif.

Acara tersebut diangkat dengan Tema“Mataros” yang dipertegas oleh salah satu tokoh muda Malaka-Belu, Pius Fahik Bria dalam kesempatan diskusi non-formal bersama di kedai Kopi Bolehlebo.

Mataros yang dalam bahasa asli orang Malaka bernada ‘minor’, berupaya diangkat harkat dan martabatnya ke level yang lebih pantas dalam Talkshow malam ini. Para pembicara berharap agar para Mataros yang dianggap sebagai manusia kelas dua, kelas pekerja, prloletariat, hamba-sahaya, dapat bergandengan tangan membalikan anggapan ‘mereka’ yang menghina.

“Karian Halo nu Ata, Ha Halo nu Nain” (bahasa Tetun yang dapat diterjemahkan sebagai berikut “Bekerja seperti mataros dan Makan seperti Raja”).

“Semoga Kalimat inimerepesentasikan niat dan keyakinan Mataros di mana pun berada, baik di Malaka maupun disemua manusia yang cinta akan Kerja. Kegiatan perdana ini, yang kami setarakan dengan Soft Launcing Rose Laundry dan Studio Anak Timor Hitz, dibuka dengan ibadat pemberkatan tempat usaha yang dipimpin oleh Rm. Filto Bowe, Pr, salah satu Imam Diosesan Keuskupan Atambua, yang saat ini ditugaskan di Yogyakarta, dan sedang berada di Jakarta, mengunjungi keluarga besar Belu, Malaka, dan TTU Diaspora, dan Umat Katolik umumnya di Jakarta.”jelas Pius Fahik Bria kepada Sekilas Indonesia.

Seusai Ibadat, segmen pertama menghadirkan senior-senior Flobamora dan Tim kreatif anak timor hitz, di antaranya, Rm. Filto Bowe, Emanuel Bria, Pius Bria, Rudy Tei Seran, Pit Leki, Yanto Seran, Don Kapitan, Julian, Roy Tei Seran, Hugo Nahak, Oliver dan Melky yang memperkenalkan diri masing-masing dan dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Flobamora.

Talkshow dipandu oleh salah seorang Puteri kelahiran Kefa, TTU, Dewi Leba, yang saat ini aktif sebagai Reporter iNews TV di level Nasional, dan konsen di dunia Jurnalistik secara umum, menghadirkan empat orang nara sumber di antaranya Fridoline Berek, Putera Kelahiran Malaka yang konsen di bidang Pencegahan Korupsi dan mengabdikan diri seutuhnya demi penyelenggaraan Pemerintahan yang bebas Korupsi, mengangkat judul “Memerbaiki Kinerja Pemerintahan Melalui Integrasi Perencanaan-Penganggaran,”

Kemudian, Emanuel Bria, Putera Kelahiran Malaka yang sudah lama mengabdikan diri sebagai Aktivis LSM yang konsen pada bidang Pertambangan, Energi dan Sumberdaya.

Pernah berkarya di Vietnam selama beberapa tahun dan aktif menjadi pembicara di berbagai kesempatan, terutama bersama pihak luar negeri dalam berbagai kesempatan dialog mengenai Sumberdaya energy dan gas. Mengangkat judul: Membangun Indonesia Dari Pinggiran.

Selanjutnya, Pius Bria, Putera Kelahiran Nenuk, Ayah Malaka dan Ibu Belu ini malang-melintang di dunia pergerakan sosial politik, yang aktif di berbagai organisasi kepemudaan, dan sempat menjadi sekjen DPP GMNI, Memimpin Divisi Kewirausahaan dan Kepemudaan di KNPI, serta seorang pengusaha, yang juga adalah Pemimpin KIKONAS dan anak Timor HItz Kreatif. Mengangkat Judul Pemuda Dan Enterpreneurship.

Terakhir, Roy Tei Seran: Putera Kelahiran Betun, Malaka ini merupakan salah satu pemegang saham di kedai kopi Bolehlebo bersama Pius Bria, Yanto Seran, Lius Bria dan Virmus Bria uskenat. Selain itu, ia adalah ketua Persaudaraan Lalian Jakarta (Pelita Jakarta), yang merupakan wadah Alumni Seminari Lalian Jakarta, dan juga merupakan Wakil Ketua Departemen Kehutanan dan Lingkungan DPP FKM Flobamora.

Aktif diberbagai kegiatan kepemudaan, sosial-politik dan juga pengusaha muda yang sementara menempuh pendidikan Magister di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara. Mengangkat judul: Mataros dalam FIlsafat Platon.

Kegiatan tersebut ditutup dengan makan bersama dan diskusi ringan berkaitan dengan berbagai isu yang sementara ini berkembang di Malaka, Timor, NTT dan Indonesia pada umumnya. Kesempatan berikut, ATHitz akan menghadirkan Pembicara lainnya dengan Tema yang sedang hitz terutama yang terjadi di tanah Flobamora. (Ricky/Red)

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d