Daerah

Proyek Jembatan Ujung Baru-Wulai, Menerapkan Material Super Hemat

×

Proyek Jembatan Ujung Baru-Wulai, Menerapkan Material Super Hemat

Sebarkan artikel ini

Sekilasindonesia.id, || PASANGKAYU – Proyek pergantian jembatan trans Sulawesi Ujung Baru-Wulai, Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten Pasangkayu, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun anggaran 2022, pemenang tender CV Cakra Mas dengan nilai kontrak terendah Rp. 13. 970.973.000.

Proyek tersebut mendapat sorotan dari Masyarakat Desa Wulai, sebab diduga pihak rekanan penyedia jasa CV Cakra Mas menerapkan paket super hemat dalam dalam penggunaan material pelaksanaan berupa pasir, kerikil apalagi air semua diambil secara gratis dari lokasi seputar pembangunan jembatan, Rabu (30/11/2022).

Click Here

Dikonfirmasi terkait pengambilan material dari sungai di seputaran pembangunan jembatan Wulai, Kepala Desa (Kades), Sahabuddin saat ditemui Selasa (29/11/2022) mengatakan, memang benar, bahkan Masyarakat melihat langsung pengkerukan pasir, kerikil dan air semua diambil di dekat proyek jembatan tersebut.

Kalau material untuk menimbun pembuatan talud dalam pembangunan jembatan itu boleh saja, tetapi harus memperhatikan aspek lingkungan dan tidak melakukan perusakan atas sungai tersebut.

“Disisi lainnya cukup menguatkan, bahwa pihak penyedia jasa memang menerapkan paket super hemat, dikarenakan sebagian besar pasir dan kerikil juga dijadikan material utama dalam pengecoran pembuatan pangkal jembatan (abutment), setidak mereka memakai batu pecah (craser) sebagai salah satu material utamamya,” ungkapnya.

Banyaknya pertanyaan Masyarakat terkait pembangunan jembatan di Desa Wulai, Sahabuddin juga sampaikan, bahwa memang banyak yang tidak lazim dalam praktek pekerjaan di proyek tersebut, seperti penggunaan material untuk pengecoran abutment, dan ada tiang pancang kedalamannya hanya 2-4 meter saja, lebihnya dipotong.

“Kami sebagai pemerintah Desa Wulai berharap jembatan ini dikerja sesuai Rancangan Anggran Belanja (RAB) dan Spesifikasinya, bukan asal-asalan, demi Masyarakat kami kedepannya,” katanya.

Menurut Kamaruddin warga Desa Wulai, hampir setiap hari lalu lalang di sekitar proyek, dan memang benar mereka menggunakan batu krikil serta pasir dari sungai untuk dipakai pengecoran pembuatan abutmen.

Sangat betul, bahwa mereka mendatangkan Concrete mixer truck (mobil molen) yang berisikan campuran cor dan dia pesan di Palu, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), setelah habis pihak rekanan membuatnya menggunakan pasir dan krikil dari sungai untuk melanjutkan pengecoran pangkal jembatan sampai selesai.

“Sepanjang yang saya lihat langsung, mereka melakukan pencampuran hanya pasir dan batu krikil dari sungai yang dipakainya, sedangkan material utama penggunaan batu craser untuk pembuatan abutment jembatan itu sangat sedikit,” jelasnya.

Untuk membuktikan apa yang dikatakan oleh Kamaruddin dan juga warga Desa Wulai lainnya, sejumlah wartawan lalukan penelusuran ke proyek pergantian jembatan trans Sulawesi Ujung Baru-Wulai, dan ternyata hasil pantauan pada badan abutment terdapat beberapa bagian menampakkan batu-batu kerikil, bukan batu craser.

Selain penggunaan pasir dan kerikil lansung dari sungai untuk pembuatan abutment masyarakat juga pertanya, salah satu abutmen pada posisi menggantung, keliatan tidak rapat ke dasar sungai. Oleh Kades Sahabuddin, atas keheranan masyarakatnya, ia telah pertanyakan pada penyedia jasa. Dijawab, sudah begitulah spesifikasinya, tiang pancang tidak bisa lagi turun.

Pihak penyedia jasa dalam hal ini CV Cakra Masa yang dihubungi wartawan 2 pekan lalu, katakan agar hubungi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Pasangkayu sebagai pemberi pekerjaan.

Ditemui diruang kerjanya, Kepala Bidang Bina Marga DPUPR, I Nyoman Sumerta mengatakan, pekerjaan pembangunan jembatan di Desa Wulai sudah berjalan sebagai mana mestinya, dan progress kegiatan sudah mencapai 60 persen.

“Saat ini kita menunggu rangka baja dari pabrikasi di Jakarta, mudah-mudahan cepat tiba di Pasangkayu dan di tanggal 2 sudah bisa dilakukan perakitannya,” ucapnya.

Ditanya terkait material penggunaan pasir dan kerikil untuk pembuatan abutment, pernyataan Sumerta berbeda jauh dengan penglihatan Masyarakat Wulai, dan itu bisa diuji faktanya di lokasi proyek pergantian jembatan trans Sulawesi Ujung Baru-Wulai.

Sumerta katakan, bahwa pihak penyedia jasa menggunakan beton sesuai standar, kualitas betonnya sudah diuji di laboratorium yang qualified di Kota Palu, Sulteng.

“Kalau mereka menggunakan material dari sungai seperti pasir dan kerikil itu hanya untuk talud dan dan timbunan saja,” ujarnya. (Roy Mustari)

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d