OPINI, SEKILASINDO.COM – Perjalanan kehidupan yang lebih hidup dalam menata tatanan kemasyarakatan telah memberikan warna tersendiri dalam keberagaman perbedaan ras, suku, budaya, suku dan agama.
Nilai estetika yang lahir dari keberagaman merupakan irisan, perekat. Betapa tidak Kesejahteraan sosial terasa semakin jauh dengan munculnya berbagai ancaman dan aneka gerakan ekstrim. Begitu juga Sumber Daya Manusia dan kehidupan itu sendiri, dalam tulisan ini kami singkat seperti lazimnya kebanyakan orang menyebut SDM terdiri dari daya pikir dan daya fisik manusia yang menjadi poros utama dalam merawat tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan.
Sosiolog UGM, Prof. Dr. Tadjuddin Noer Effendi berpendapat bahwa Sumber Daya Manusia menyangkut dimensi, jumlah karakteristik dan persebaran. SDM menjadi faktor utama dalam segala aktifitas kehidupan. Tanpa pemikiran seorang manusia yang dibekali dengan segala kemampuan akan menjadi ruang hampa semata dalam dunia ini.
Beragam konflik yang terlihat dan tersorot bermula dari ekspektasi berlebihan akan perubahan yang berefek bagi psikologis seseorang.
Kemajuan teknologi diera digitalisasi seakan membawa manusia dalam suasana kebahagiaan tanpa batas. Kebebasan mengakses segala sesuatu menjadikan persepsi kenyamanan.
Dalam konteks kebebasan dan kenyamanan kita juga sedang terlena dan tergerus dalam kerawanan konflik. Paham ekstrem bertebaran tanpa batas dan mampu terekspose dan diakses oleh publik, disini daya pikir dan daya fisik seseorang diasa dalam mengoptimalkan segala kemampuannya.
Nilai Sosial. Peradaban sosial perlu menjadi fokus perhatian insan manusa penghuni jagat ini yang memiliki kemampuan, kecerdasan dalam mengatur, mengelolah Sumber Daya Manusia (SDM) yang utuh.
Era modernisasi dan digitalisasi pengaruhnya sangat pesat terhadap SDM. Pada saat yang bersamaan SDM menjadi senjata ampuh dalam melakukan berbagai proses pertumbuhan dan realitas kehidupan.
Maraknya konflik horizontal maupun vertical terjadi di republic sebagai akibat dari kurangnya konsepsi pemahaman akan gerakan organ ekstrim yang sengaja dimainkan dalam mengganggu stabilitas republik. Segala macam indikasi gerakan ekstrem tentu harus dilumpuhkan dengan kemampuan analisis sosial yang produktif. Entitas sosial harus mampu menjaga marwah dari sebuah peradaban zaman. Alat analisis Sumber Daya Manusia harus dijadikan motor penggerak dalam membangun peradaban sosial yang adil, makmur dan sejahtera tanpa adanya sekat.
Membangun kesadaran, dalam lingkaran kehidupan yang penuh dengan warna persaingan sebetulnya adalah anugerah yang patut disyukuri. Dalam ideology bangsa yang kita kenal dengan sebutan Pancasila, dalam dan melaluinya telah diamanatkan oleh para leluhur/founding fathers berbagai aspek kehidupan yang tercantum dalam ke-lima sila semestinya dihayati dan dilaksanakan sebagai warga bangsa.
Watak kecenderungan mengganggu kenyamanan hidup orang atau kelompok tertentu perlu dihindari dengan melihat potensi pembawaan SDM.
Proses propaganda publik melalui beragam skema, terutama melalui media dibendung dengan kenyataan hari ini yang semakin menjauh dari kesejahteraan sosial.
Upaya yang harus digerakan adalah bagaimana penyerapan energy SDM tepat sasaran dan mampu mengembangkannya sesuai dengan berbagai perspektif kehidupan sosial.
Manajemen pengembangan SDM patut diyakini mampu mengubah arah kehidupan kontekstual dalam meraih impian perubahan. Implementasinya segala bentuk kemampuan, keterampilan dan energy yang mampu menghidupkan kondisi kian termarjinalkan.
Sumber daya manusia adalah penggerak, penerobos dan pengacu dalam menjalankan segala bentuk rutinitas kehidupan patut diorganisir secara baik demi keberlangsungan kehidupan kemasyarakatan yang humanis, efektif dan produktif.
Dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, kemapanan secara struktur sosial semakin meningkat dengan berbagai kontribusi sosial kemasyarakatan yang relevan.
Penulis : Ignatius Pati Ola
Ketua Presidium PMKRI Jakarta Pusat