TAKALAR-Bangunan rumah adat khas Takalar, yang dikenal sebagai “Balla Lompoa,” kini menjadi sorotan. Rumah kayu bersejarah ini sebelumnya berdiri berjejer dengan rumah jabatan Bupati Takalar. Namun, pada era pemerintahan Syamsari Kitta, bangunan tersebut dipindahkan ke lokasi Baruga Karaeng Bainea di depan jalan poros Takalar-Jeneponto.
Pemindahan ini menimbulkan tanda tanya di kalangan masyarakat. Pasalnya, beberapa bagian selasar rumah adat tersebut diduga hilang atau berkurang dari ukuran aslinya. Dugaan ini memicu kekhawatiran akan nasib komponen bangunan yang hilang.
Pemerhati pemerintahan, A Tri Risky, menegaskan pentingnya investigasi untuk melacak keberadaan bagian-bagian rumah adat yang hilang serta pihak yang mungkin memanfaatkannya. Ia menekankan bahwa rumah adat kayu ini merupakan aset berharga milik Pemerintah Kabupaten Takalar yang harus dijaga kelestariannya.
“Inspektorat dan aparat penegak hukum perlu turun tangan untuk menyelidiki kemana perginya bagian-bagian selasar rumah adat ini serta siapa yang bertanggung jawab,” ujar A Tri Risky.
Diketahui, rumah kayu bersejarah ini pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Bupati Ibrahim Rewa. Setelah direlokasi, bangunan ini resmi berganti nama menjadi Museum Daerah Balla Appaka.
Dengan lokasi yang lebih strategis, museum ini kini lebih mudah diakses oleh masyarakat yang ingin mengenal sejarah dan budaya Takalar. Selain berfungsi sebagai pusat informasi sejarah, museum ini juga menjadi tempat singgah warga untuk berteduh dan berfoto dengan latar yang kaya akan nilai budaya.
A Tri Risky berharap Museum Daerah Balla Appaka dapat terus dijaga dan dilestarikan melalui berbagai kegiatan adat, budaya, serta pengembangan sektor pariwisata. “Keberadaan rumah adat ini bukan hanya sekadar simbol sejarah, tetapi juga bagian penting dari identitas budaya Kabupaten Takalar yang harus kita jaga bersama,” pungkasnya. (BS)