Opini

Nilam Tidak Merusak Lingkungan Hidup

×

Nilam Tidak Merusak Lingkungan Hidup

Sebarkan artikel ini
Penulis : Firman

OPINI, SEKINDO.ID– Akhir-akhir ini. Nilam menjadi topik perbincangan dikalangan Masyarakat akibat harganya melonjak naik dan menjadi hal yg menjanjikan bagi para petani pada umumnya. Minyak Nilam Memiliki banyak manfaat seperti dapat dijadikan wangi-wangian (parfum), juga bisa digunakan obat untuk kesehatan kulit dan masih banyak kegunaan lainnya.

Di Sulawesi Barat khususnya di Mamuju. Hadirnya nilam, masyarakat sangat bahagia Disamping itu juga terbuka lapangan kerja dan mengurangi angka kemiskinan (masyarakat sudah bisa memperbaiki rumahnya pasca bencana gempa, bisa beli alat-alat rumah bahkan bisa cash motor dan itu murni dari hasil Nilam). meskipun saat ini belum ada kepastian bertahan lama atau tidak, yg jelas para petani semangat dan berharap agar Nilam ini bisa berlangsung lama. Nilam memang luar biasa karena memberi ruang kerja bagi masyarakat termasuk anak-anak muda umur 15 thn ke atas putus sekolah yg notabenenya mereka tdk pernah berkebun kini mereka berbondong-bondong bertani Nilam Krn bisa mengubah taraf hidup ekonominya.

Click Here

Tak hanya itu. Para pegawai pun (PNS) mereka jg membuka lahannya bahkan sengaja beli lokasi kebun guna menanam Nilam Krn nilai harga minyaknya tembus ke pasar dunia yg begitu fantastis harganya, yang sebelumnya hanya 400 ribu rupiah per kg kini menjadi 1.900.000-2.000.000/per kg. Tanaman Nilam persis dengan bunga-bunga yang sering di tanam di halaman rumah. pada dasarnya Nilam tidak membahayakan sama sekali apa lagi menyumbang kerusakan lingkungan.

Sebut saja pak Taslim Sukirno selaku ketua BPBD Kabupaten Mamuju saat menjadi narasumber di RRI Mamuju kemarin, kamis 30 Januari 2025. Katanya “Tanaman Nilam Menyumbang kerusakan lingkungan hidup di Mamuju bahkan salah satu faktor terjadinya bencana longsor dan banjir karena tanaman nilam” dan masih ada berita-berita miring tersebebar di media sosial, dari berita tersebut dianggap itu bagian dari kecelakaan berfikir terkait asumsi nya bahwa tanaman Nilam menyumbang kerusakan lingkungan hidup. Terus, bagaimana dengan Tambang yang tentu lebih merusak lingkungan dan lebih mengundang bencana? Kenapa tidak ditanggapi lebih serius? Bisa saja tidak ditanggapi serius karena mungkin ada kepentingan di dalamnya

Memang lucu, Knp asumsi ini baru muncul? Sementara petani Nilam ini jauh sebelumnya sudah ada di Sulbar-Mamuju seperti di Mamasa, Topoyo-tobadak serta di daerah-daerah lain. Jauh lebih awal masyarakat disana sudah menanam Nilam dibandingkan di daerah pegunungan, anehnya Krn Nilam dianggap lebih mengancam serius dibandingkan tanaman lain seperti jagung dan padi, Pada hal semua itu jg tumbuh di gunung bahkan sudah ratusan tahun masyarakat menggundul kebunnya digunung namun kondisi tanahnya tetap stabil dan tdk longsor apa lagi banjir.

Dilain sisi juga benar, bahwa Pemerintah cukup peduli terhadap masyarakat (memberi edukasi) untuk lebih hati-hati menebang pohon kayu agar supaya tidak mengundang resiko berbahaya. Namun pemerintah wajib tahu dan mustinya turun langsung agar melihat kondisi. Petani Nilam itu ia menggunakan kayunya masing-masing dikebun tanpa menebang pohon hutan, apa lagi Sejauh ini belum ada berita ataupun informasi longsor dan banjir karna faktor tanaman Nilam. Kemarin-kemarin Memang ada beberapa titik terjadi bencana banjir dan longsor tetapi itu bukan faktor Tanaman Nilam.

Sehingga asumsi itulah perlu diluruskan ke masyarakat bahwa nilam bukan penyumbang kerusakan lingkungan hidup di Mamuju. mustinya pemerintah (SUDAH ADA SOLUSI YANG DITAWARKAN KE MASYARAKAT) bukan hanya pandai mengomentari tapi tidak ada SOLUSI MATANG YANG DILAHIRKAN, wajar ketika masyarakat merasa resah dan marah mendengar opini yang tersebar di media sosial. Jangan sampai asumsi itu sampai ke pusat sehingga harga minyak Nilam jadi anjlok/turun harga bahkan bisa saja ada pembatasan untuk diperjualbelikan minyak Nilam. Kalau kedepan demikian terjadi sama halnya pemerintah melarang masyarakat sukses dari hasil taninya.

Oleh sebab itu. pemerintah perlu memikirkan agar jangan lagi menggiring opini yang kurang produktif karena meracuni saja aktivitas petani. Kalau memang murni diperjuangkan masyarakat agar lebih sukses, Carikan cepat solusi kredibel (berkualitas), jangan seolah olah masyarakat diberikan beban untuk mencari solusi apa lagi mau disalahkan para petani. Kenapa? Krn itu cara berfikir yang salah dan lucu serta tidak kreatif selaku pemangku kebijakan.

Penulis : Firman (Alumnis Sosiologi UIN Alauddin Makassar)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d