Daerah

Mengendus Puluhan Ton Pasir Timah dan Balok Timah Diselundupkan dari Belitung ke Jakarta dan Singapura

×

Mengendus Puluhan Ton Pasir Timah dan Balok Timah Diselundupkan dari Belitung ke Jakarta dan Singapura

Sebarkan artikel ini

BELITUNG | Sekilas Indonesia

Praktek penyelundupan timah dalam bentuk Pasir Timah dan Balok Timah ternyata marak di Pulau Belitung, ratusan ton timah ilegal yang bernilai puluhan miliyar rupiah tersebut, melenggang keluar dari bumi Laskar Pelangi, tak hanya melalui pelabuhan-pelabuhan tikus, namun pelabuhan resmi milik Pelindo pun gagal mendeteksi aktifitas yang sangat merugikan negara tersebut.

Click Here

Tim Ruud’s Network Cyber (RNC) baru-baru ini melakukan investigasi terkait praktik ilegal tersebut. Sejumlah fakta pun terungkap bahwa ada putaran dana besar yang menguasai pembelian pasir timah di Pulau Belitung, dengan tawaran harga yang gila-gilaan.

Seorang sumber terpercaya yang berhasil diwawancara oleh tim, mengaku bahwa ada andil para oknum aparat dalam kegiatan ilegal ini. Proses pengirimannya pun sangat beragam, mulai dari menggunakan kendaraan mini bus, motor dengan box tambahan, hingga truk.

“Barang-barang tersebut dimuat dengan dicampur dengan barang-barang lain, seperti barang rumah tangga pindahan, box ikan atau hasil laut. Jumlahnya tidak mencolok memang, untuk menyamarkan. Itu untuk tujuan Jakarta. Dan itu dikirim ke beberapa wilayah Jakarta,” jelas sumber yang mengaku pernah menjadi kurir pengantar ini kepada wartawan, Rabu (11/9/24) di sebuah Hotel di Belitung.

•Keuntungan yang Menggiurkan

Meski sarat akan resiko, para pelaku juga sangat memahami keuntungan besar yang berasal dari disparitas harga normal. Menurut sumber, keuntungan yang diraup oleh para pelaku itu bahkan hampir 100 persen. Maklum, menurutnya, biaya yang dibutuhkan hanya koordinasi dan ongkos angkut.

“Kalau lundup (penyelundupan-red) kan jelas untungnya bang, 3 persen royalti yang merupakan pendapatan negara, tak perlu dibayar, belum lagi biaya operasi seperti biaya lebur, PBB pertambangan, PPH, PPN Jamrek dan sebagainya jelas tidak perlu jadi perhitungan. Makanya mereka yang beredar di lapangan, itu berani membeli dengan harga ‘tak masuk akal’. Memang menguntungkan, tapi jelas, negara tidak mendapatkan keuntungan 1 sen pun dari praktek ini,” terang sumber.

•CoD jadi Istilah Beli Pasir di Meja Goyang

Pata pelaku penyelundup timah ini, dalam operasinya, menjadikan Meja Goyang sebagai sumber mendapatkan Pasir Timah. Ada istilah cash on delivery (CoD) dalam praktek di lapangan. Di mana para kaki tangan penyelundup, mendatangi Meja-meja goyang untuk cash and carry pasir Pasir Timah yang sudah diupgrade kadarnya. Di sini lah para kaki tangan bos penyelundup melibas mineral Timah yang dijual oleh warga ke Meja Goyang. Soal harga jangan dilawan, para kaki tangan yang mengantongi uang cash ini berani sebut harga fantastis.

Kondisi ini yang kemudian membuat perusahaan peleburan timah tak kuat bersaing. Lantaran standar harga peleburan, tentu memuat perhitungan seperti pembayaran royalti, ongkos angkut, jaminan reklamasi, PPH, PPN, cost lebur hingga PBB pertambangan.

“Belakangan memang ada berbagai keluhan dari perusahaan peleburan, bahwa mereka bahkan tak kuat bersaing harga beli. Mereka jelas ada standar harga maksimum. Lewat itu bunuh diri bang. Beli rugi namanya. Jadi salah kalau ada anggapan bahwa perusahaan tidak mau membeli. Yang benar itu, perusahaan harus angkat tangan kalau harus mengikuti persaingan harga dengan pelaku lundup,” kata sumber.

•Smelter Mini jadi Benang Merah

Ternyata praktek peleburan Smelter Mini yang sempat digrebek anggota Polres Belitung Timur pada awal Agustus 2024 lalu, merupakan benang merah yang terkait pada praktek penyelundupan Timah Balok. “BL” demikian sumber ini menjelaskan kode sebutan untuk Balok Timah selundupan tersebut. Keberadaan Smelter Mini yang hingga saat ini belum ada tersangka nya, merupakan rumah produksi balok timah (BL) . Dari sana, balok-balok Timah diduga diselundupkan menuju Jakarta, Batam hingga Singapura.

•Pelabuhan Resmi dan Pelabuhan Tikus jadi Jalan Keluar

“Usai Pasir Timah dan Balok Timah berhasil dikumpulkan di gudang, barang siap dikirim. Kalau untuk lundup ke Jakarta, para pelaku menggunakan jalur Pelabuhan Pelindo di Tanjung Pandan. BL biasanya diselundupkan dalam jumlah 1 hingga 3 Ton, untuk kemudian ditutup dengan barang yang lain. Jadi kalau dilihat itu yang ada seperti Box Ikan, Udang. Timah BL nya biasanya sudah dimuat duluan. Di pelabuhan juga tidak ada pemeriksaan berarti. Petugas paling bertanya, muatan truk nya apa? Untuk mengisi manives. Kalau mobil minibus, biasanya malah Cuma ditanya berapa penumpang. Karena yang terhitung dalam tarif pelayaran hanya 2 penumpang untuk 1 mobil,” jelas sumber.

Aksi penyelundupan Timah menuju Jakarta, cenderung teratur, biasanya mengikuti jadwal kapal secara reguler. Untuk pelayaran dari Tanjung Pandan Belitung-Tanjung Priok Jakarta, biasanya pada hari Selasa dan Kamis atau Jumat. Jadwal ini diakui sumber sebagai waktu melakukan aksi penyelundupan.

Namun saat ini pengiriman Timah ke Jakarta juga dilakukan dalam bentuk Pasir Timah, kendati masih ada yang dalam bentuk balok. Sedangkan untuk penyelundupan Timah menuju Batam dan Singapura, itu dilakukan melalui pelabuhan tikus yang kerap menjadi pelabuhan nelayan tangkap. Beberapa pelabuhan tikus tersebut diantaranya terdapat di daerah teluk dalam Tanjung Binga, dan Tanjung Pendam.

“Itu tergantung pada jadwal air pasang pak. Sistemnya pakai kapal kayu milik nelayan. Nanti ada kapal yang agak besar menunggu agak ke lepas pantai. Jadi diguyur bertahap. Itu selalu dilakukan pada saat air laut pasang pada malam hari. Itu waktu aksi lundup. Sekali angkut itu bisa puluhan Ton. Dan barang itu disambut di perairan Pulau Tujuh. Tidak ada proses salin, atau pindah barang. Jadi Timah tersebut dibayar bersama kapal yang membawanya,” jelas sumber.

Praktek penyelundupan melalui pelabuhan tikus juga marak terjadi di Belitung Timur. Menurut sumber redaksi, di daerah Kelapa Kampit terdapat sebuah pelabuhan tikus yang menjadi langganan melepas Pasir Timah untuk tujuan Singapura. Beberapa nama pemain di Kampit pun diungkap oleh sumber.

“Kalau pelaku penyelundupan dari Kampit dan Buluh Kumbang itu YS bos besarnya. Sedangkan untuk operator lapangan itu pelaksananya IC. Mereka ini pemain yang menjalankan operasi penyelundupan di Beltim,” kata sumber lagi.

“intinya macam-macam, karena ini sudah menjadi jalan keluar. Ada juga Timah dari Belitung dimuat ke truk yang di atasnya di muat juga durm. Ada yang alur penyelundupan dari SPBU Perawas dekat Samsat di bawa ke Kampit dan Buluh Kumbang selanjutnya di bawa ke Jakarta. Ada juga bawa timah ke Jakarta melalui minibus dengan kapasitas timah 600 sd 1 ton. Dengan karung 25 kg perkarung seperti yang saya jelaskan tadi,” timpal sumber.

•Pola Tabur Modal dari Para Bandar

Praktek penyelundupan ini bisa dikatakan menjadi mainan baru bagi sebagian bandar. Kendati dibaliknya tetap terdapat nama-nama lama yang memang dikenal sebagai pemain besar. Di Belitung sendiri para bandar seperti ATG, SKU, AKM merupakan yang cukup tersohor. Terbilang rapi karena pers Belitung seperti terkecoh oleh praktek ilegal ini. Polanya para bandar ini dengan menebar sejumlah dana yang sumbernya ternyata tak berasal dari banyak orang. Mereka sebagian juga menyamarkan permainan haram ini dengan bermain 2 kaki. Artinya di saat-saat tertentu, mereka tetap memberikan kesempatan bagi perusahaan peleburan untuk mendapatkan Pasir Timah.

Tak hanya modal pemain lokal, menurut sumber ini, AH, salah satu big boss di Batam provinsi Kepulauan Riau ikutan tebar dana besar di Belitung. Dana tersebut kemudian ‘dikonversi’ menjadi Pasir Timah yang harus dikirim ke Batam, dengan pola penyelundupan. Tebaran dana melimpah dari para bohir ini lah yang kemudian membuat permainan Timah di Belitung hingga Belitung Timur menjadi tak kondusif.

Selain nama-nama para bandar asal Belitung dan Batam, beberapa nama yang ikut menjadi bandar besar justru mereka yang sudah tersohor di Pulau Bangka. Yang justru dikenal sebagai penyuplai sejumlah perusahaan peleburan. Sementara di kesempatan lainnya banyaknya peluang dan serapan pasir Timah, membuat para bos tersebut silau akan keuntungan yang lebih. Akhirnya praktek penyelundupan pun dilakukan sebagai percepatan.

“Oknum aparat juga ada yang bermain pak, baik itu aparat Coklat maupun Hijau. Cuma mereka ini tak mau saling senggol, walaupun tetap ada kompetisi perebutan barang di lapangan. Infonya mereka itu disuntik dana gila-gilaan bayangkan jika per meja goyang, mereka sediakan dana hingga Rp 2,5 M perminggu. Untuk melancarkan pembayaran CoD,” katanya.

•Bos ATG Pemain di Tanjung Binga

Pengusaha ngetop di Belitung ini, disebut sebagai salah satu yang menjadi pemain besar dalam penyelundupan. Tak hanya trans Belitung-Tanjung Priok Jakarta, ATG bahkan bermain juga dalam partai besar untuk rute Belitung-Pulau 7-Singapura. Berdasarkan pengakuan sumber, ATG melakukan itu menggunakan kapal transit atau kapal nelayan. ATG dalam menjalankan bisnis timah ilegalnya disebut dibantu kaki tangannya, EK Seberang, YUD Seberang, AND, AD, P dan HN.

“Pertama harus memastikan jadwal air laut pasang pada malam hari, kemudian memastikan orang-orang yang terlibat tak memberikan bocoran. Nah nanti ada kapal besar yang bakal membawa Pasir Timah selundupan tersebut ke tujuannya, lego jangkar di luar pulau Lengkuas. Dari pinggir, mereka mengerahkan kapal-kapal nelayan untuk membawa Pasir Timah menuju kapal utama. Dan pelabuhan yang digunakan oleh ATG itu di daerah Tanjung Binga,” ulas sumber.

Bisnis ilegal dengan sokongan modal berlimpah ini lah yang kemudian ditenggarai menjadi penyebab tidak kondusifnya pertimahan di Belitung. Dari sisi harga mungkin memang menggiurkan. Akan tetapi, hal ini memicu persaingan yang tidak sehat bagi perusahaan-perusahaan peleburan yang nota Bene merupakan saluran ekspor yang legal. Artinya seluruh kewajiban terhadap negara ditunaikan oleh perusahaan peleburan, yang salah satunya masuk sebagai dana bagi hasil dalam pendapatan negara.

Jika dibilang aparat tidak mengetahui, mungkin terlalu naif. Karena ini berarti negara ini benar-benar dalam ancaman, jika selemah ini pengawasan aparat penegak hukum. Kalau Timah yang jumlahnya berton-ton saja tak mampu dipantau, bagaimana dengan narkoba yang terkadang jumlahnya Hannya kiloan.

Kapolres Belitung Timur, AKBP Indra Dalimunte yang dikonfirmasi redaksi pada Selasa (17/9/24) petang, bahkan masih belum menetapkan tersangka atas praktek peleburan mini yang digrebek awal Aggstus lalu. Padahal jelas sekali belum ada aturan yang membenarkan aktivitas tersebut. Berdasarkan video ekslusif yang didapat redaksi dari sumber, bentuk balok timah yang diselundupkan, sangat identik dengan balok timah yang dicetak di peleburan mini, yang mereka sebut UMKM tersebut. Sementara modus baru yang dilakukan, timah ilegal dari Belitung diselundupkan masih berupa pasir lalu barulah dicetak di tempat penampungan di Jakarta dan Jawa dengan harga yang tentunya sangat tinggi.

“Dikisaran angka 205.000/pasir/68-70 SN. Balok 14-15 kilo/ 395 up 58-60%,” terang sumber.

Akankah kerugian atas pendapatan negara ini terus berlangsung? Jelas ini akan sulit diberantas jika wasit yang seharusnya menjadi hakim dalam aturan permainan yang benar, ikut andil menyokong permainan kotor. (Tim)

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d