Sekilas Indonesia, Pangkalpinang – Ketua DPRD Provinsi Bangka Belitung, Herman Suhadi, tegas mengatakan bahwa pihaknya menolak segala bentuk sikap intoleransi. Hal ini sebagai respon terkait rekaman telepon bernada SARA, menolak keputusan Mendagri menunjuk Suganda Pandapotan Pasaribu sebagai PJ Gubernur Babel.
Hal ini ditegaskannya kepada wartawan saat menerima audiensi perwakilan Sekretariat Bersama (Sekber) Ormas dan LSM Bangka Belitung di DPRD Babel, Senin (4/9/23) siang. Kehadiran aliansi aktivis ormas dan LSM ini sendiri terkait adanya gerakan dari sekelompok orang yang mengklaim sebagai tokoh yang peduli Babel.
“Kita sudah sepakat ya, bahwa yang namanya SARA, Suku Agama Ras dan Antar Golongan itu tidak akan dibiarkan di negara ini. Kita akan dorong dan laporkan ini semua ke Mendagri. Bahwa ini harus diproses sesuai aturan yang berlaku.
Petinggi PDI Perjuangan Bangka Belitung tersebut mengatakan, orientasi DPRD adalah ketenteraman dan kedamaian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Oleh karena itu pihaknya akan meneruskan apa yang menjadi aspirasi dan informasi dari aliansi Ormas dan LSM
“Intinya kita akan dorong ke Mendagri, dan biar pihak Kemendagri yang memberikan penilaian itu. Kalau penegakan hukum bukan ranah kita, kira tanahnya aspirasi. Intinya tidak boleh ada SARA. SARA itu harus kita hindari di NKRI ini. Kita ingin Babel ini damai dan kondusif,” tegas Politisi PDIP ini.
• Prof Zudan Arif Dicatut?
Terpisah, Prof. Zudan Arif Fakhrulloh, yang namanya disebut-sebut dalam rekaman percakapan telepon tersebut mengaku tidak pernah berbicara bernada SARA. Sementara dalam pembicaraan telepon, jelas sekali nama PJ Gubernur Sulawesi Barat tersebut disebut oleh oknum Sekda sebagai Ketum Korpri. Dan ucapan dari Zudan Arif lah yang dikutip oleh oknum Sekda tersebut.
“Pertama itu bukan suara saya, kedua saya tidak pernah berbicara seperti itu, dan Pak Suganda dengan pak NZ itu teman saya. Jadi tidak mungkin lah saya bicara seperti itu,” jawab Prof. Zudan lewat sambungan telepon Senin (4/9/24) malam.
Namun ketika ditanya apakah dirinya merasa namanya dicatut, Zudan Arif meminta untuk tidak gunakan diksi tersebut.
“ya enggak lah, saya enggak bilang begitu, silahkan itu bahasa wartawan. Yang jelas saya tidak mengucapkan kata-kata Rasis,” timpal Prof Zudan Arif.
Sementara NZ yang diklaim sumber terpercaya sebagai orang yang berbicara dalam rekaman telepon tersebut, hingga berita ini dirilis tidak memberikan respon apa pun, termasuk upaya konfirmasi dengan sambungan telepon oleh wartawan.
Sebelumnya pada Senin siang, kelompok aliansi dari Sekber Ormas dan LSM mendatangi gedung DPRD Babel guna menyampaikan pernyataan sikap. Sekretaris Pemuda Pancasila (PP) Babel, Fahrizan mengatakan, bahwa kedatangan aliansi ini guna menyikapi pergerakan dari kelompok yang menamakan Peduli Babel, yang dirasa memiliki tendensi yang tak jelas.
“Kita di sini ingin mengungkapkan, apa yang ada di balik semua pergerakan mereka yang mengaku peduli tersebut. Ada ketidakmurnian yang kita lihat, karena ada rekam jejak, termasuk rekaman yang akan kita perdengarkan, bahwa sejak awal, PJ Gubernur Babel sudah diincar. Sejak awal sudah ada upaya penolakan dengan meminta salah satu ormas melakukan aksi demo penolakan. Ini yang seharusnya diungkap, karena sedari awal sudah berusaha merekayasa,” ujar pria yang akrab disapa Buntuk ini kepada wartawan Senin petang.
Dikatakannya semua data telah diserahkan kepada DPRD, untuk ditindaklanjuti.
“Kita harap itu ditindaklanjuti, dan direspon bila perlu ada proses hukum. Ingat kami adalah Pemuda Pancasila, dan salah satu musuh kami adalah orang yang anti Pancasila,” tegas Buntuk.(tim/red)