MUNA, SEKINDO.ID – Menjelang Pemilu serentak baik Pil caleg, Pilkada, Pilwali, Pilgub dan Pilpres 2024 di seluruh wilayah Indonesia, lagi-lagi untuk wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) isu suku, agama, ras dan antar golongan(SARA) mulai marak dimunculkan sejumlah pihak yang tak bertanggung jawab menjelang Pilgub, Pilwali, Pilkada hingga Pil caleg. Padahal kondisi seperti ini akan menciptakan konflik dan memperkeruh suasana pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
Menanggapi hal tersebut, salah satu politisi sekaligus Ketua MPW Pemuda Pancasila Sultra, La Ode M. Rajiun Tumada mengimbau masyarakat agar tidak terprovokasi terhadap isu atau berita-berita hoax yang beredar, baik lewat media online maupun offline.
“Pada prinsipnya tentunya kita sebagai masyarakat Sultra menginginkan suasana yang kondusif jelang Pemilu serentak nanti. Jadi saya berharap kepada masyarakat Sultra khususnya para relawan dan sahabat Rajiun di Muna agar tidak terprovokasi dengan isu SARA dan bahwa sebaiknya di antara kita jangan ada benturan politik karena kita semua adalah keluarga meskipun kita beda pilihan tapi kita harus tetap satu dan tetap menjaga situasi dan kondisi tentram dan damai ,” ujar Rajiun di hadapan relawan dan pendukungnya, Selasa (13/06/2023).
Mantan Kasat Pol PP Sultra ini pun menegaskan, jangan sampai perbedaan pandangan politik memecah belah persatuan bangsa Indonesia. Menurutnya isu SARA yang negatif bisa menjadi bom waktu yang dapat memporak-porandakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
“Jika kita lihat kehidupan di dunia maya, baik itu Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, Line, Whatsapp Group, maupun berbagai platform lainnya, terjadi perang politik secara terbuka menggunakan isu SARA sebagai senjatanya. Isu SARA dapat memporak-porandakan persatuan dan kesatuan kita masyarakat Sultra. Oknum penyebar Isu SARA saat ini telah ditangani pihak kepolisian dan dalam proses penyelidikan, kita percayakan pihak kepolisian untuk menangani masalah ini, kita jangan terpancing dan tetap menjaga perdamaian,” harapnya.
Menurutnya, dengan konfrontasi isu SARA yang negatif sama saja mengadu domba masyarakat, dan menjadikannya korban. Elite politik bukannya meredam malah diduga dan tidak jarang ikut ‘menyiram bensin’ yang memperbesar api kebencian. Dia mengatakan, ini sangat mengerikan sekali dan harus segera dihentikan.
Mantan Bupati Muna Barat ini mengaku tidak habis pikir hanya karena berbeda haluan politik, banyak pihak lantas mengorbankan rasa persaudaraan. Terkadang tokoh agama acap kali dihujat, negarawan dianggap musuh, presiden maupun lembaga tinggi negara sebagai simbol kedaulatan dilecehkan, kritik pun berubah menjadi pembunuhan karakter yang kejam. Akibatnya, kebhinekaan dalam bahaya.
“Kehidupan politik menjadi porak-poranda. Dari kaum terdidik, pejabat publik, hingga rakyat mulai terprovokasi arus propaganda politik dan berita hoaks yang menyesatkan. Sendi berbangsa dan bernegara terancam punah karena kerapuhan mental. Dalam situasi inilah, sebaiknya kita membaca ulang 4 Pilar lahirnya Provinsi Sulawesi Tenggara yakni Suku Tolaki, Suku Muna, Suku Buton, Suku Moronene yang mendiami di Kabupaten Muna, Kabupaten Buton, Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Konawe, kita harus tahu dan memahami lahirnya Provinsia kita agar tidak tercerai berai menjadi kepingan,” terangnya.
“Jadi mari kita percayakan semua masalah ini kepada pihak kepolisian dan mari kita tetap menjaga persatuan dan kesatuan untuk kedamaian dan ketentraman kita semua,” tutupnya.
Penulis: LM Sacriel