Sekilas Indonesia, Jakarta – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengatakan adanya api diam yang terpantau di area kubah lava Barat Daya Gunung Merapi merupakan fenomena wajar. Kepala BPPTKG menyatakan fenomena tersebut memang biasa terjadi pada kubah lava gunung api yang sedang aktif.
Dikutip pada laman tempo.co, Budi menyatakan penampakan api diam itu berdasarkan pengamatan BPPTKG pada Senin kemarin, 13 Maret 2023, pukul 18.00 – 24.00 WIB.
“Api diam itu penampakan rona merah, biasanya akibat lava yang panas,” ujar Agus, Selasa, 14 Maret 2023.
Selama periode pengamatan itu, BPPTKG tidak mencatat adanya awan panas guguran maupun lava pijar yang keluar dari gunung di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta itu.
Gunung Merapi kembali keluarkan awan panas guguran pagi ini
Awan panas guguran kembali terpantau keluar sebanyak dua kali pada dini hari hingga pagi tadi pukul 00.00-06.00 WIB. Jarak luncur awan panas guguran mencapai 1,6 kilometer sampai 2 kilometer mengarah ke Barat Daya.
Teramati pula sebanyak 15 kali guguran lava dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke arah Barat Daya.
BPPTKG masih mempertahankan status Siaga atau Level III yang ditetapkan sejak November 2020 silam.
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas guguran yakni di Kali Woro sejauh 3 km dari puncak, Kali Gendol sejauh 5 km dari puncak.
Selain itu, potensi bahaya juga di Kali Boyong sejauh 5 km dari puncak, serta Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh 7 km dari puncak.
Sedangkan lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
BPPTKG juga mengimbau masyarakat mewaspadai bahaya lahar di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi, terutama saat terjadi hujan di puncak gunung.
Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran sejak Sabtu siang, 11 Maret 2023. Akibatnya, sejumlah wilayah di kaki gunung seperti Kota dan Kabupaten Magelang serta Kabupaten Boyolali mengalami hujan abu.
Sementara gempa awan panas guguran tercatat terjadi dua kali, gempa guguran 55 kali, gempa fase banyak 10 kali, dan gempa vulkanik dangkal dua kali.(*)