BONE, PEMPROV SULSEL — Plt Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman menghadiri prosesi Mattopang Arajang yang digelar di halaman Rumah Jabatan Bupati Bone dan Museum Arajangnge, Jalan Petta Ponggawae No.1 Watampone, Rabu,(7/4/2021).
Acara yang dilaksanakan setiap tahun pada hari jadi Bumi Arung Pallaka ini sedikit berbeda dengan menerapkan protokol kesehatan, termasuk dengan jumlah tamu terbatas. Kegiatan ini juga diikuti undangan melalui aplikasi Zoom.
Mattompang Arajang adalah ritual adat membersihkan benda-benda pusaka peninggalan kerajaan Bone. Ritual ini melibatkan bissu (pemimpin agama Bugis kuno), pemangku adat Bone, Anggota DPR RI, Kapolda Sulsel, bupati-wakil bupati daerah Sulsel, Muspida, pejabat Pemprov Sulsel dan Bone dan masyarakat Bone.
Dalam prosesi Mattompang Arajang itu, Bupati Bone Andi Fahsar Mahdin Padjalangi mengalungkan selempang emas yang merupakan salah satu pusaka yang disucikan kepada Andi Sudirman Sulaiman.
Dalam sambutannya, Fashar menyampaikan, salah satu rangkaian penting hari jadi Bone yaitu Mattompang Arajang. Hari jadi Bone juga dilaksanakan dengan sederhana.
Kegiatan Mattompang Arajeng sebutnya bukan untuk mengkultuskan benda pusaka yang diwariskan. Tetapi ini bentuk penghargaan kepada leluhur atas pencapaian yang telah dilakukan.
“Momen Mattompang Arajang untuk merefleksikan kejayaan Bone di masa lampau. Bahkan beberapa bagian dunia mengenal dan memiliki kesan dengan kerajaan Bone,” sebutnya.
Ia juga mengapresiasi antusias berbagai pihak hadir di kegiatan budaya ini dan hari hari jadi Bumi Arung Palakka, “Ini membuktikan besarnya perhatian kepada Kabupaten Bone,” katanya.
Sedangkan, Andi Sudirman Sulaiman dalam sambutannya menyebutkan, beberapa program pembangunan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi serta Pemkab Bone. Demikian juga terkait rencana program ke depan.
Diantaranya yang disampaikan pembangunan jalan dan jembatan, pengembangan bandara di Bone, bantuan keuangan Rp 200 miliar serta program vaksinasi serta kebijakan yang diambil pemerintah jelang Ramadhan seperti mengizinkan untuk salat Tarawih dengan syarat protokol kesehatan serta rencana sekolah tatap muka secara terbatas.
“Pembangunan yang kami lalukan berbasis kebutuhan. Dan yang paling penting dan dirasakan dengan baik,” tegasnya.
Ia menyampaikan pesan kearifan lokal melalui sipakatau, sipakainge dan sipakalebbi, serta saling mendungkung. Adapun maknanya, Sipakatau berarti saling memanusiakan, sipakainge berarti saling mengingatkan agar setiap individu terhindar dari perbuatan menyimpang, dan sipakalebbi berarti saling mengahargai serta saling memuji satu sama lain.
Sebagai pemimpin di Sulsel harus memberikan pekayanan kepada rakyat. Sehingga dukungan diperlukan untuk sama-sama melakukan perbaikan di Sulsel.
“Kami sekarang adalah pelayan rakyat. Kami mencoba bersama-sama memperbaiki. Saya ingin memperbaiki, bahwa tidak perlu mengenang saya, tetapi pekerjaan kita kerjakan secara bersama,” ucapnya.*
(Firmansyah/Rils)