PANGKALPINANG – Penyebaran virus Covid-19 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) masih jauh dari kata usai. Hal itu mengharuskan seorang Gubernur Babel, Erzaldi Rosman terus mencari jalan keluar agar masyarakat yang ia pimpin sepenuhnya terbebas dari virus yang kabarnya kini bermutasi itu.
“Kita terus berupaya untuk mengetahui siapa saja yang berpotensi menyebarkan virus Corona ini dan melakukan tindakan pencegahan agar jumlah kasus Covid-19 tidak semakin bertambah,” kata Gubernur yang akrab disapa Bang ER.
Apa langkah terbaru Gubernur Babel?
Sebuah alat pendeteksi kini sudah datang ke Babel.
Alat itu sesuai ungkapan Bang ER pada 1 Februari 2021 lalu, adalah sebuah inovasi karya anak bangsa yang bernama ‘GeNose C19’. Sudah dipesan dan sekarang sudah mendarat di provinsi kita.
Nah, alat ini diyakini dapat mendeteksi siapa saja yang berpotensi menyebarkan virus Corona, dengan cara yang lebih mudah, cepat, dan murah.
“Alhamdulillah, alat ini cepat sampai di Babel. Kebetulan kita pernah ada kerjasama dengan UGM, jadi dapat duluan,” ujarnya.
Untuk uji coba, GeNose akan digunakan di lingkungan Kantor Gubernur Babel pada setiap aktivitas yang diharuskan kumpul dengan banyak orang baik itu rapat, seminar, dan pertemuan lainnya. Beruntung, alat ini akan pertama kali digunakan kepada publik pada Kejurda Taekwondo mendatang. Para peserta dan penonton akan melakukan uji tes GeNose sebelum acara dimulai.
Harapan pemimpin yang di setiap kesempatan bangga menggunakan bahasa daerah, tahapan ini dapat menjadi contoh dan alat GeNose dapat digunakan secara masif oleh pihak swasta.
“Jadi pihak swasta bisa pakai alat ini, baik di sektor pariwisata atau pelayanan yang harus bertemu banyak pihak. Bahkan sekarang ada yang langsung beli, dari Mutiara Alam Lestari. Mereka punya perkebunan sawit dengan karyawan berjumlah 1.200 orang. Dengan pegawai sebanyak itu, menggunakan GeNose menjadi pilihan yang efektif, cepat dan murah. Pegawai pun merasa aman dan nyaman saat bekerja,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Erzaldi mengundang Sandi selaku Trainer dari GeNose C19 untuk melatih para dokter dan perawat. Dia langsung meninjau pelatihan tersebut mengenai tata cara penggunaan GeNose. Sekaligus melihat secara langsung bahwa alat yang digunakan ini benar-benar mudah, cepat, dan murah.
Dijelaskan Sandi bahwa alat ini sangat sensitif terhadap udara. Jika kondisi udara pada ruang pemeriksaan dalam keadaan kurang baik (sensor menunjukan angka > 3000) maka, ruangan harus pindah. Semakin lancar kondisi sirkulasi udara akan semakin rendah angka sensor. Semakin rendah angka sensor maka ruangan semakin memungkinkan untuk digunakan.
Alat ini sangat sensitif. Para petugas tidak diperbolehkan mendekatkan diri pada alat jika telah menggunakan parfum, handsanitazer, alkohol karena dapat mengganggu sensor.
Bagi peserta terdapat aturan pemeriksaan GeNose antara lain,
1. 30 menit sebelum diperiksa, peserta tidak diperbolehkan mengonsumsi apapun baik makanan, minuman, dan merokok kecuali air putih.
2. Kemudian peserta menghirup udara dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut dengan tetap menggunakan masker. Ulangi 2 kali.
3. Pada tahapan terakhir peserta menghirup udara dari hidung dan meniupkan udara pada kantong udara.
4. Kemudian udara dalam kantong udara akan dihirup oleh mesin GeNose dan dideteksi dengan sensor-sensor hingga menghasilkan suatu data.
5. Data yang diperoleh akan diolah dengan bantuan kecerdasan buatan hingga memunculkan hasil.
Kurang dari 2 menit hasil akan keluar. Menggunakan alat ini sangat mudah dengan biaya hanya Rp20.000. Terbukti, GeNose lebih cepat dan murah dibandingkan alat pendeteksi Covid-19 lainnya.
“Ini adalah bentuk kepedulian terhadap orang-orang yang masih diharuskan kerja dari luar. Saya harap masyarakat bisa merasa aman,” pungkasnya.
Reporter : Budi/Natasya.