OPINI – Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun. Segalanya berasal dari Allah dan kepada Allah jualah semua akan kembali.
Dalam kurung waktu satu bulan terakhir, masyarakat dunia sedang dihebohkan dengan sebuah fenomena penyebaran virus yang dikenal dengan corona.
Bermula dari negeri tirai bambu tepatnya di Kota Wuhan, Cina. Dalam tempo waktu yang sangat singkat, ribuan penduduknya telah dinyatakan terjangkit virus mematikan tersebut dan ratusan diantaranya dinyatakan meninggal dunia bahkan seorang dokter yang pertama kali menginformasikan adanya virus corona ikut menjadi korban keganasannya.
Pada akhir bulan Februari yang lalu, Pemerintah Arab Saudi pun ikut mengeluarkan kebijakan penghentian sementara kunjungan ke Baitullah dengan dalih menghindari penyebaran virus corona masuk ke negerinya. Walhasil, dalam sebuah video yang berdar luas di media sosial, Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah seketika lengan dari aktivitas ummat Islam yang datang untuk melaksanakan ibadah umroh.
Di Indonesia, tepatnya di awal bulan ini, secara resmi Presiden juga telah mengumumkan akan adanya dua orang warga Indonesia yang secara positif terinfeksi virus corona dan saat ini sedang menjalani proses karantina guna menghindari penyebaran lebih luas. Dampaknya pun bukan kepalang, seketika media pemberitaan baik cetak maupun elektronik ramai membahas hal tersebut tidak terkecuali di media sosial. Kepanikan sangat jelas terlihat.
Lantas bagaimana semestinya kita menyikapi peristiwa ini agar tidak terkesan lebay (berlebihan) atau santuy (bahasa anak milenial) khusunya kita yang beragama Islam.
Pertama, tentunya kita harus hadirkan keyakinan dalam diri bahwa apapun yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah. Atas kehendak-Nyalah sehingga virus corana itu ada.
Kedua, dengan adanya virus corona, Allah tentu ada maksud yang ingin disampaikan, baik itu berupa peringatan, ujian, atau musibah.
Mari kita coba melihat salah satu firman Allah di dalam Al-Qur’an Surah Al Imran ayat 191 yang artinya “Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkaumenciptakan ini dengan sia-sia”. Dengan demikian, jelas bahwa tidak ada satupun yang Allah ciptakan itu dalam keadaan sia-sia, demikian juga dengan virus corona ini.
Setelah dua hal tersebut kita yakini, maka selanjutnya harus kita jadikan fenomena corona ini sebagai cermin besar dalam rangka bermuhasabah diri.
Boleh jadi Allah menciptakan virus corona karena selama ini kita telah melalaikan Allah. Boleh jadi selama ini Allah merasa telah diduakan oleh kita.
Jika memang demikian, maka tidak ada jalan bagi kita selain kembali kepada Allah. Kembali dalam hal ini bisa kita maknai dalam dua bentuk, yakni secara hakiki dan secara sementara. Secara hakiki dalam hal ini adalah keadaan dimana kita kembali kepada Allah secara keseluruhan atau dengan kata lain ketika kita telah meninggalkan dunia yang fana ini.
Sedangkan kembali secara sementara dalam hal ini adalah kembali kedalam naungan dan ampunan Allah. Kembali mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita.
Memperbanyak dzikir, mengingat Allah Tuhan semesta alam adalah salah satu langkah terbaik sebagai sarana pengejewantahan keberimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya.
Karena sesungguhnya segala yang ada di bumi dan di langit itu senantiasa bertasbih dan berdzikir kepada Allah bahkan Corona sekalipun itu senantiasa bertasbih kepada Allah. Ia bertasbih dengan cara yang Allah telah gariskan untuk mereka. Maka tidak ada satupun yang dapat kita jadikan sebagai alasan untuk tidak melakukan hal yang sama.
Jangan biarkan satu detikpun waktu kita terlewatkan tanpa disertai dengan dzikir kepada Allah. Apa tak lagi dengan kondisi sekarang ini, secara manusiawi kita semua tentu merasa was-was. Tapi dengan berdzikir maka Insya Allah hati kita akan tenang. Sebagaimana firman-Nya, dengan berdzikir maka hatimu akan tenang.
Selain itu, sebagaimana tuntunan agama, salah satu cara terbaik untuk menghindarkan kita dari berbagai bentuk bala dan bencana ialah dengan memperbanyak sedekah. Bahkan hal ini merupakan salah satu ciri orang yang bertakwa sebagaimana dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, yaitu orang-orang yang senantiasa menginfakkan/menyedekahkan hartanya baik dalam keadaan lapang maupun sempit.
Berinfak atau bersedekah tentu tidak melulu tentang materi berupa uang. Berinfak atau bersedekah bisa kita lakukan dalam bentuk apapun. Bagi yang dianugerahi harta berlebih maka berinfak atau bersedekahlah dengan harta tersebut.
Sedang bagi yang tidak memiliki kecukupan harta maka itu bisa dilakukan bahkan dengan cara-cara yang sangat sederhana sekalipun. Baik itu berupa tenaga maupun pikiran. Bukankah dari sekian banyak cabang iman, yang paling sederhana itu adalah menyingkirkan duri di jalan dan itu juga termasuk sedekah.
Keberadaan corona tidak selayaknya membuat kita gusar apalagi sampai lupa kepada sang pencipta.
Corona harus menjadikan kita semakin dekat kepada Allah. Meningkatkan kualitas ibadah kita sebagai bentuk pengabdian kita kepada Allah (Hablu Minallah) juga senantiasa menebar kebaikan kepada sesama sebagai perwujudan hubungan horizontal kita kepada sesama manusia (Hablum Minannas).
Kalaupun toh Allah berkehendak Corona sampai menyerang kita, maka harus tetap kita meyakini bahwa hal itu adalah bentuk kecintaan Allah kepada kita. Dalam pandangan kita itu mungkin tidak baik, tapi bukankah apa yang kita anggap tidak baik justru itulah yang terbaik di sisi-Nya. Demikian pula sebaliknya, yang baik menurut kita belum tentuk baik di sisi Allah.
Yang perlu kita lakukan adalah, memastikan diri kita tetap dalam keadaan beriman dan bertakwa kepada Allah. Bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu sekali-kali mati tidak dalam keadaan beriman. Demikian Allah telah mengingatkan kita di dalam Firman-Nya.
Pada akhirnya, mari kita bermunajat kepada Allah, Tuhan Semesta Alam, yang kapadanyalah segala bentuk penyakit bisa disembuhkan, semoga kita senantiasa dijauhkan dan dilindungi dari segala bala dan bencana, menggantikan musibah corona ini dengan sesuatu yang jauh lebih baik seraya tetap berikhtiar secara lahiriyah menjaga diri dari hal-hal yang dapat mengundang datangnya virus corona tersebut menyerang kita. Dan yang tidak kalah penting lagi adalah, tetap mendekatkandiri kepada Allah dengan iman dan takwa karena kita yakin bahwa corona ini dihadirkan Allah semata-mata untuk menguji siapa diantara kita yang paling baik proses keberimanan dan ketakwaannya.
Wallahu ‘Alam.
Penulis : Syahrul Afandi (Penghulu KUA Kec. Tana Lia – Kaltara)