LEBAK, SEKILASINDO.COM – Di era digital seperti sekarang ini jaringan internet (jaringan komunikasi) sudah menjadi bagian kebutuhan dalam kehidupan masyarakat, baik untuk berkomunikasi maupun mengakses informasi.
Namun, hal ini tidak dirasakan bagi Empat Desa di wilayah Kabupaten Lebak. Pasalnya, daerah tersebut keluhkan susahnya jaringan internet atau jaringan komunikasi.
Keempat desa itu diantaranya, Desa Lebak Peundeuy, Desa Ciparahu, Desa Citeupuseun Kecamatan Cihara dan Desa Cikaret Kecamatan Cigemblong.
Keluhan tersebut muncul dari masyarakat Desa Cikaret, Kecamatan Cigemblong.
Menurut informasi yang dihimpun awak media, bagi pengguna android jaringan komunikasi atau internet sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, karena hal itu merupakan tuntutan dari perkembangan jaman.
“Di sini mah susah sinyal kang, kalau mau ada sinyal harus keluar rumah atau pergi ke tempat tertentu. Misal, ke daerah dataran tinggi,” kata salah satu warga yang enggan disebutkan namanya, Selasa (19/8/2019).
Sementara negara Indonesia saja sudah menginjak di usia yang ke-74 tahun, tentu ini bukanlah usia yang muda.
Namun, masyarakat masih kesulitan untuk berkomunikasi dan mengakses informasi maupun memberikan informasi seputar perkembangan daerah juga nasional.
Sehingga sering kali ketinggalan informasi-informasi yang seyogyanya diketahui oleh khalayak umum.
“Tapi faktanya masyarakat pedesaan masih saja serba keterbatasan dalam segala bidang salah satunya untuk mendapatkan hak informasi. Kami heran, untuk pemenuhan hak-hak warga selama ini masih ketimpangan khususnya bagi warga yang tinggal di desa,” kata Dede Ilyana, warga Desa Lebak Peundeuy juga ketua Ikatan Remaja Aktif (IKRA) Lebak Pari.
Hal senada dikatakan salah satu warga Desa Citeupuseun, keterbatasan jaringan komunikasi membuat masyarakat buntu dalam mengakses informasi atau berkarya melalui dunia maya. Misalnya, untuk mengenalkan produk lokal seperti hasil home industry dan sebagainya. Apalagi di era teknologi ini hampir sebagian besar serba online.
“Kami meminta kepada pemangku kebijakan, agar memperhatikan warganya terutama yang ada di daerah pelosok desa. Pemerintah pusat sempat menggembar-gemborkan program internet masuk desa, tapi kok heran desa kami masih gelap dari informasi,” tanya Hilmi Fahmi warga Desa Citeupuseun, juga mahasiswa Universitas Bandar Lampung (UBL).
Begitu juga di Desa Ciparahu, kondisinya masih gelap gulita dari penerangan informasi atau akses jaringan internet. Tak heran, jika banyak warga yang selalu ketinggalan atau kesulitan mendapatkan informasi. Sebetulnya, ini kritikan bagi pemerintah tetapi peluang juga bagi para pengusaha penyedia jasa telekomunikasi.
“Bagi kami, mau itu datangnya dari pemerintah atau pengusaha yang terpenting jaringan komunikasi ada dan bisa memberikan pelayanan dan kenyamanan bagi warga yang menggunakan nantinya,” pungkas Ahmad Daerobi warga Desa Ciparahu.
Dari informasi yang didapat, saat ini masyarakat yang bertempat tinggal di empat desa tersebut, ketika ingin melakukan komunikasi dengan keluarga, teman, atau rekan kerja maupun mencari informasi terkini harus rela keluar rumah dan itu pun hanya ada di titik-titk tertentu saja, misalnya di dataran yang tinggi. Sementara ketika memasuki dataran rendah secara otomatis handphone milik mereka berada di luar jangkauan.
Kamis, 22/08/2019
**(Usep)