Daerah

Akibat Kesulitan Jual Hasil Panen ke Bandar Padi, Para Petani Pandeglang Merengek

×

Akibat Kesulitan Jual Hasil Panen ke Bandar Padi, Para Petani Pandeglang Merengek

Sebarkan artikel ini
Bapak Samid, Petani di Kecamatan Panimbang

PANDEGLANG,SEKILASINDO.COM – Para petani di daerah Pandeglang Kecamatan Panimbang Sobang dan Kecamatan Sukaresmi kesulitan menjual hasil panen padi, akibatnya para petani kebingungan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, serta pembiayaan sawah yang membutuhkan modal dan ditambah biaya untuk idul Fitri 1440 Hijriah atau 2019 Masehi.

Hal itu dialami para petani di Kampung Berebes Kecamatan Panimbang, Bapak Subana dan Bapak Samid, mereka bingung lantaran para bos padi belum bisa membeli dengan alasan,” ga ada uang karena padi yang sudah di olah jadi beras susah dijual.

Click Here

“Memang seperti itu. Kami sudah tanya ke tengkulak beras, H Carketi,dia seorang bos padi yang beralamat di Kampung Solodengen, Desa Panimbang Jaya. Memang gitu Jawabannya,” katanya.

Senada yang di sampaikan Gapoktan Sobang, Darman bahwa Bulog itu sebagai mitra dan kepanjangan petani jadi bisa membantu para petani. “harus ada campur tangan Bulog untuk membantu petani, dalam mengatasi permasalahn petani, biar para petani sejahtera apalagi usai lebaran ini sudah mulai panen kembali,” tandasnya.

Disamping itu Bapak Pajar selaku Staff Bulog wilayah Pandeglang dan Lebak menyampaikan dengan kondisi petani saat ini perlu dukungan dan suport.

”Sementara ini tidak menerima beras dari mitra dengan alasan Bansos Rasta ada perubahan sistem, yakni Bantuan Pangan Non Tunai atau yang disebut (BPNT),” ujarnya.

Pada kesempatan ini para petani berharap kepada pemerintah khususnya Dinas Sosial, untuk menerima kembali hasil panen padi para petani.

Karena untuk memenuhi kebutuhan pada kesempatan ini. Para petani merasa dirugikan setelah pihak Dinas Sosial menutup dengan adanya perubahan dari Bansos Rasta ke BPNT.

Sebelumnya harga padi kisaran 4700 per kilo setelah penutupan pihak Dinas Sosial harga sekarang dengan harga 3500 per kilo, itu sulit menjual kepada bandar/ tengkulak padi, sehingga para petani menjerit & sulit untuk kebutuhan hidup.

Sedangkan mayoritas penduduk Pandeglang di 3 Kecamatan tersebut 70% adalah petani, yang berpenghasilan dari padi (gabah) sebagai alat pertukaran kebutuhan kehidupan.

Seandainya Dinas Sosial merealisasikan program tersebut dari Bansos Rasta ke bantuan pangan non tunai (BPNT) secara langsung para petani dirugikan.

Sebagai berikut yang dibutuhkan oleh BPNT adalah kualitas beras premium, sementara yang dihasilkan oleh petani 3 kecamatan adalah beras medium.

Kini para petani berharap kepada pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk menerima secepatnya membeli padi/gabah, supaya perekonomian kembali normal.

Serta mengkaji ulang program BPNT, yang secara langsung tidak berpihak kepada petani di Pandeglang Selatan. Seandainya Dinas Sosial program BPNT, direalisasikan para petani akan mengadakan Demo besar ke pihak Bupati maupun Dinas Sosial.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pandeglang, Tati Suwagiharti, minggu pekan lalu, ia mengatakan di tahun 2019 ini belum ada kepastian adanya perpindahan Rastra ke kartu BPNT, sebab kata dia belum bisa di pastikan adanya perubahan ke Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) lantaran di Pandeglang ini belum ada persiapan menyeluruh seperti percetakan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Infrastruktur dan suplayer juga baru mau di survey.

“Kalau jadi ini penyaluran beras sejahtera yang terakhir kita tunggu keputusan dan kabar dari Kemensos pusat, kita tinggal menunggu surat perintah penyaluran bansos rastra,” kata dia.***(Hadi/Iman Bp).

Eksplorasi konten lain dari Sekilas Indonesia

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan Membaca

%d