TAKALAR, SEKILASINDONESIA.com – Santun, berwibawa, hangat bersahabat. Itulah kesan pertama yang tertangkap oleh siapapun yang berjumpa dengannya. Sosoknya yang sederhana tak langsung memberikan kesan bahwa dia punya jabatan yang sangat penting di sebuah kecamatan. Senyum yang selalu tersungging mampu menawan hati setiap orang yang memandang. Tak ada kesan formalitas yang rumit. Setiap individu dilayani dengan ramah tanpa membedakan status kepangkatan, tingkat kekayaan apalagi memanfaatkan peluang yang ada.
Tak pernah terdengar keluhan dalam menjalankan tugas, walaupun hari-hari kerjanya tidak sama dengan pegawai negeri lainnya. Tidak saja tujuh (7) hari dalam seminggu, tapi juga bisa 24 jam sehari. Jika orang lain bisa menikmati segala hobi dan kesenangan pada hari libur, maka dia seringkali memilih untuk berada di tengah-tengah rakyat yang mencintainya. Bahkan pernah di saat Idul Fitri, belum lagi tuntas bertegur sapa dan melepas rindu dengan sanak keluarga, dia harus minta diri untuk memenuhi panggilan tugas. Baginya, pekerjaan tidak identik dengan jam kerja. Pekerjaan adalah bagian dari perjuangan hidup yang tak kenal waktu.
Untuk itu, sangatlah tepat bila Camat yang satu ini diberikan kepercayaan oleh Bupati Kabupaten Takalar, H Syamsari Kitta, S.Pt, MM, untuk memimpin suatu wilayah yang dimana, masyarakatnya memiliki beragam karakteristik berbeda-beda.
Mappaturung, S.Sos begitu nama yang diberikan oleh orang tuanya. Pria berperawakan sedang ini dilahirkan di Bontolebang Moncongkomba, Desa Moncongkomba di pelosok Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan pada tanggal 20 September 1983 sebagai anak ke 3 dari 4 bersaudara. Dalam usia yang relatif muda, Mappaturung telah dipercaya memimpin Kecamatan Mangarabombang yang terletak di bagian Selatan Kabupaten Takalar. Maka, panggilan Pak Camat pun melekat pada dirinya, dimanapun dia berada.
Mappaturung besar dan berkembang dalam keluarga yang sangat mementingkan arti pendidikan. Tak heran jika putra dari pasangan Bapak H Rongeng Daeng Siriwa, Ibu Hj K Daeng Te’ne ini ngotot ingin sekolah pada saat umurnya belum lagi memenuhi syarat wajib belajar (belum diterima untuk mendaftar, red). Namun kasih sayang kedua orang tua yang merupakan mantan Kepala Desa Moncongkomba selama 32 tahun, berjarak hanya 20 meter dari rumahnya memberi kesempatan kepada Mappaturung untuk meraih harapannya. Walaupun digelari anak bawang? karena sesungguhnya dia belum dituntut belajar sebagaimana teman-teman di sekolahnya, bahkan seragam pun tak punya. Mappaturung kecil justru tak pernah ngadat pergi ke sekolah. Buatnya, sekolah adalah arena bermain yang menyenangkan. Semua pelajaran digemari tanpa terkecuali. Kecerdasan yang dimilikinya bahkan mampu mengantarnya menjadi juara I. Apa hendak dikata, prestasi itu harus diakui sebagai hasil dari keseriusannya mengikuti pelajaran. Dan gelar ini mampu dipertahankan sampai lulus sekolah dasar.
Menginjak Sekolah Menengah Pertama (SMP), Mappaturung harus belajar hidup mandiri karena jarak sekolah yang cukup jauh. SMP Negeri 1 Takalar menjadi pilihannya ketika itu. Namun sang ayah dengan setia mengantarnya ke tempat kos setiap hari Senin dan dijemput kembali pada akhir pekan. Begitu juga ketika berada di Sekolah Menengah Atas (SMA), Mappaturung kembali hidup jauh dari keluarga yang sangat disayanginya namun tetap mampu menyelesaikan semua tingkatan sekolah dengan nilai sangat memuaskan. Dibesarkan dalam lingkungan yang kuat memegang norma agama dan nilai-nilai budaya membuat Mappaturung berkembang menjadi remaja yang mandiri, santun dan teguh pada pendirian.
Mappaturung memilih jurusan IPS sebagai usaha untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang Polisi. Manusia berkewajiban berusaha tapi Allah Maha Tahu yang Terbaik. Tidak lulus pada pilihan yang diinginkan melalui tes di Kepolisian Republik Indonesia, Mappaturung tak berkecil hati. Dengan mantap, dia mendaftarkan diri ke Universitas Muhamamdiyah Makassar. Kali ini, dia semakin jauh dari tanah kelahiran. Berkat kegigihan dan semangat pantang menyerah, Mappatturung pun berhasil menyelesaikan pendidikan di Universitas mengambil jurusan administrasi negara fakultas Sospol, tepat pada waktunya. Sekali lagi, tak pernah sekalipun dia membawa pulang ke rumah cerita tak enak dari kampus kebanggaannya tersebut.
Sebagai salah satu lulusan Universitas Muhammadiyah Makakassar (Unismuh), Mappaturung langsung mengemban amanah sebagai Staf bagian tata pemerintahan Sekda Kabupaten Takalar dan di mutasi ke Galesong Utara (Galut) menjadi Kasubsi Bina Mental dan Spritual tahun 2007, dan menjadi Kepala Kelurahan (Lurah) tahun 2009 sampai 2010.Tidak lama kemudian dia dipindahtugaskan menjadi Sekretaris Camat (Sekcam) Galut 2011 sampai 2013, Sekcam Sanrobone 2013 sampi 2015, Sekcam Polsel 2016 sampai 2017, Kemudian 2018 Camat Marbo sampai sekarang.
Padatnya waktu pengabdian tidak menyurutkan langkah Mappaturung untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, hingga keinginan Mappaturung untuk kuliah lagi mendapat dukungan penuh. Di antara kesibukan rutinitas pekerjaan, tesis Pasca Sarjana di Unversitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar jurusan S2 Fakultas Hukum sementara berjalan.
Bak kata pepatah Padi, makin berisi makin merunduk, begitulah perumpamaan yang pantas diberikan untuk kerendahan hati Mappaturung. Tak jarang, Mappaturung mengisi waktu untuk berkunjung ke warung-warung wilayah tempatnya mengabdi untuk sekedar menyapa dan berbagi senyum. Senyum adalah sedekah begitulah motto hidupnya. Gelar, pangkat dan jabatan tak pernah merubah kebersahajaannya. Hingga masyarakat Marbo makin menyayangi Pak Camat ini.”Beruntung sekali, kami memiliki Pak Camat yang bisa mengakomodir kebutuhan warga. Bila ada masalah, beliaupun cepat mencarikan jalan keluarnya. Kira-kira begitu ekspresi masyarakat mengemukakan kekagumannya kepada sang Camat,” ucap Mansyur Daeng Muntu ke Wartawan, Selasa 25 Desember 2018.
Walaupun terbatas oleh waktu kerja yang tak menentu, Mappaturung tetap mengutamakan kebutuhan istri dan anak-anaknya begitupun ke orang tua akan perhatian dan kasih sayangnya. Silaturahmi dengan sanak saudara dan sahabat-sahabat, tetap terjalin dengan baik.
Pak Camat muda ini tak hanya pantas diberi gelar sebagai Camat Berprestasi tapi juga layak disebut sebagai Pemimpin Masa Depan. Kebersahajaannya telah menjadi penyegar bagi kedahagaan masyarakat untuk mendapatkan keadilan dan rasa aman. (Ady)