MAKASSAR, SEKILASINDO.COM – Sejumlah Komunitas di Sulawesi Selatan, baik dari kalangan pelukis, pengrajian seni kriya, pecinta hewan dan juga musisi dan lain-lainnya tampil memperlihatkan karya mereka pada acara “Ruang Ekspresi” di Taman Lakipada Rumah Jabatan Gubernur di Jalan Sungai Tangka Makassar, (01-02/12).
Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah, Sabtu (1/12) kemarin membuka kegiatan ini yang juga menjadi ajang dan sharing komunitas kreatif di Sulawesi Selatan ini. Gubernur mendorong agar para seniman dan budayawan untuk terus berkarya dengan lebih baik, pemerintah mendukung dengan menghadirkan fasilitas penunjang seperti ruang dan panggung untuk ber-ekspresi.
Pengunjung dapat menikmati karya yang disajikan mulai dari pagi hingga malam selama dua hari. Peserta dengan antusias akan menjelaskan kepada para pengunjung. Sejumlah peserta mengungkapkan apresiasi dan harapannya atas pelaksanaan kegiatan ini.
Di stan pameran Makassar Crafter Club misalnya, kita bisa melihat hasil kerajinan dari barang bekas dan eceng gondok. Bahkan, ada baju tradisional Sulsel yang dilukis dan tidak menggunakan payet-payet seperti biasanya.
“Ini kami ada baju bodo, selama ini penuh payet, kenapa tidak kita coba dengan melukis, jadikan berbeda dengan yang lain, setiap yang saya buat berbeda satu dengan yang lainnya,” kata Tenry Cicilya sebagai pencetus lahirnya komunitas terbentuk pada bulan Mei tahun ini. Komunitas anggotanya terdiri dari ibu-ibu rumah tangga.
Masih di stan yang sama, juga kita bisa menikmati kerajinan yang dibuat oleh Rahma Ngaro, ciri khasnya adalah kerajinan Jepang.
“Di sanakan banyak kerajinan, saya pecinta hal-hal berbau Jepang mulai dari origami, tetapi kalau di sanakan mahal dan ini kita lebih murah. Bahkan, banyak dari orang Jepang tetapi lupa beli souvenir jadinya beli di saya,” sebut pemilik Daisuki Craft ini.
Maestro lukis Sulsel Zaenal Beta, yang piawai melukis di kanvas dengan menggunakan bahan tanah liat juga menampilkan karyanya. Salah satu yang ditampilkan adalah lukisan wajah Nurdin Abdullah yang dibuatnya pada bulan September lalu.
“Lukisan ini saya garap (kerjakan) tiga hari, kita pakai beberapa tanah dari Sulawesi Selatan, warna hitam dari Jeneponto, coklat dari Luwu dan Toraja, warna ungu itu dari Enrekang,” ujarnya.
Pelukis kelahiran Makassar tahun 1960 ini telah aktif menjadi pelukis sejak tahun 1977, menyebutkan, untuk lukisan potrait (lukisan wajah) yang perlu ditonjolkan adalah kharakter sosok yang dilukis terutama adalah sorot mata.
Lukisan wajah NA yang terbuat dari tanah liat ini, dibeli oleh Nurdin Abdullah seharga Rp5 juta.
“Sebenarnya, kami pameran, ingin memperkenalkan karya kami, dan ternyata oleh Pak Gub diapresiasi dan beliau mau mengoleksinya,” tuturnya.
Karya Zaenal sendiri banyak menampilkan keragaman budaya asal Sulawesi Selatan dan potret kehidupan masyarakatnya.
Di stan lainnya juga dihadirkan ratusan ikan cupang dengan ragam jenis dan warna yang menarik.
Salah seorang pecinta ikan cupang hias, Purba Kusuma yang berlatar belakang dari perbankan menyebutkan, kegiatan ini sebagai hobi, namun prospek ikan cupang juga masih sangat besar untuk dikembangkan dalam skala industri di Sulsel.
“Ini belum digarap secara industri, masih perorangan, ini yang selama ini juga kita sosialisasikan,” harapnya.
Sementara, negara yang telah berhasil sebutnya adalah Thailand. Di Indonesia untuk kualitas ikan cupang berasal dari Medan sedangkan untuk jumlah dihasilkan oleh Kediri.
Pembina komunitas cupang ini juga dijelaskan, dalam waktu tiga bulan bisa dipanen, dengan media yang sederhana, cupang dengan ukuran 2-3 Centimeter bisa laku hingga Rp150 ribu rupiah.
“Artinya, kalau ini cupang bisa dijadikan industri, dan kebetulan saya lihat visi-misi Pak Gub berorientasi pada perkembangan industri kreatif itu sangat membantu,” ujar.(iwan/*)