SEKILASINDO.COM-Ketika kita hendak membaca, kadang sulit terlaksana dengan maksimal. Apa lagi jika rengkuhan kantuk menyapa, maka sulit beradaptasi membaca.
Membaca itu harus cinta dan keinginan. Menggugah nyata karena keikhlasan digengam erat-erat. Batin kita harus berteriak lantang agar cinta kita pada dunia membaca jadi kenyataan.
Lantaran mood yang tak ada, sehingga membaca jadi rongsokan dalam menjelma kerapuhan. Cemas begitu nampak jika naluri membaca kita punah seketika.
Pudar, penyesalan yang bertubi-tubi. Pengetahuan hari kehari mulai redup. Lingkungan membaca tak lagi di prioritaskan, akan timbul kebodohan yang bertubi-tubi.
Membaca terukir nama di wajah sang penulis. Penuh cinta dan penuh makna. Kalbunya begitu sejuk dan jiwanya begitu rindu. Banyak halangan dan rintangan tak gentar.
Sekali cinta pada dunia membaca, maka pantang mundur untuk bertolak kebelakang. Maju terus menerus, ini duniaku. Membaca ladang ilmuku. Menulis adalah penaku.
Bersyukur masih diberi akal untuk berfikir. Dibenaknya hanya ada rindu membaca.Tak terpisahkan, walau ada hantaman ombak sekalipun tak goyah terus kokoh dan kuat.
Cinta lekatkanlah dalam dunia membacaku. Berharap dan mengemis pada hati dan otak. Muncul menjadi keinginan mengalir ke darah terus berproses jadi kenyataan.
Kutak ingin tersesat dalam kata-kata. Kutak ingin wawasanku hancur. Kutak ingin kegelapan menghantui langkahku. Kuingin cahaya itu bersinar dalam hati sampai selamanya.
Perjelas yang perlu di perjelas. Ilmu membaca nampak bersinar bagai rembulan malam. Bahagia diri dan jiwa ini, telah mengerti keikhlasan dalam membaca.[]
Opini oleh Andi Alfian Alumni STAI Al-Gazali Bulukumba
