JAKARTA, SEKILASINDO.COM – Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di sejumlah daerah ramai-ramai mengundurkan diri. Cawapres Sandiaga Uno tak mau mencampuri urusan internal PKS, tapi tetap meyakini kader PKS solid.
“Masalah internal PKS saya tidak ingin komentari,” kata Sandiaga di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (27/10/2018).
Sandiaga mengaku terkesan oleh kesolidan kader yang berada di daerah dalam pemenangan pilpres. Dia melihat sinergi yang baik antar kader PKS di beberapa daerah yang disambangi untuk berkampanye.
“Tapi kami disetiap titik kunjungan, PKS partai yang kadernya sangat solid. Ikut menghadiri, menyiapkan, ikut menyosialisasikan, dan kemarin kita turun mulai dari Salatiga, Kabupaten Semarang, Kota Kendal. Itu semua memberikan satu kerja sama yang solid. Sinergi yang sangat solid ” sambungnya.
Pengunduran diri pengurus/kader PKS terjadi di Bali. Kemudian menyusul di Banyumas. Di Banyumas, kader menilai pakta integritas yang harus diteken kader bermodel pemaksaan.
“Modelnya lebih ke arah pemaksaan, kalau tidak mau tanda tangan dianggap tidak loyal. Sehingga ukurannya kita yang sudah bertahun-tahun kok tiba-tiba tandatangan. Sementara mereka yang tidak pernah aktif apa-apa tiba-tiba tandatangan dianggap loyalitas,” ujar Pembina Kader DPD PKS Banyumas Arif Awaludin yang dikutip dari detikcom, Rabu (24/10).
Menurut dia, para pengurus dan kader tidak mau menandatangani pakta integritas karena tidak pada mekanisme yang pas dalam sebuah organisasi. Padahal permintaan menandatangani pakta integritas itu turun langsung dari DPP PKS.
“Instruksi itu kan dari DPP, (seharusnya) ada SK-nya. SK DPP nomor sekian, SK DPW dan SK DPD, ini tidak ada kayak begitu. Tiba-tiba setiap kader diminta untuk memberikan komitmen,” katanya.
Sedangkan di Mojokerto, ada lebih dari 60 kader PKS yang mengundurkan diri. Mereka memilih berhijrah ke ormas Gerakan Arah Baru Indonesia.